Terapi neurofeedback adalah salah satu pilihan terapi yang menjanjikan saat ini untuk penanganan ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity Disorder). Tujuan terapi adalah membuat pasien mengubah cara kerja otaknya sehingga fungsinya lebih optimal, tidak seperti seseorang dengan ADHD.
Apa itu Biofeedback?
Biofeedback adalah penggunaan alat untuk mencerminkan proses psikologi dan fisiologi yang pada umumnya tidak disadari oleh orang tersebut, namun dengan menggunakan alat biofeedback, proses pikir seseorang dapat disadari dan berada di bawah kontrol. Orang akan menerima informasi tentang status biologisnya, dan menggunakan informasi ini, ia belajar untuk meraih kontrol di bawah fungsi biologis yang tidak disadari.
Neurofeedback adalah tipe dari biofeedback yang dapat digunakan untuk melatih pola gelombang otak anak dengan ADHD/ADD (Attention Deficit Disorder) dan mengubahnya agar menjadi lebih seperti anak-anak normal. Menggunakan elektroensefalografi (rekaman listrik otak) untuk memonitor gelombang otak dan positive reinforcement system, anak akan belajar bagaimana membuat otak mereka menjadi lebih atentif/konsentrasi. Hasilnya adalah berkurangnya gejala ADHD dan peningkatan perilaku yang tidak impulsive atau hiperaktif. Peningkatan ini relatif tergantung pada sebaik apa anak dapat mengontrol fungsi otak mereka.
Bagaimana otak kita bekerja?
Setiap manusia mempunyai lima pola gelombang otak. Setiap area otak mempunyai pola predominan yang merefleksikan status mental seseorang saat ini. Pola ini dapat diukur dan direkam dengan alat elektroensefalogram (EEG). EEG dapat digunakan untuk membuat peta dari fungsi mental seseorang. Lima jenis gelombang otak itu adalah :
Gelombang beta : Ini adalah gelombang tercepat yang berhubungan dengan status mental, intelektual, dan konsentrasi. Gelombang beta dalam jumlah banyak membuat seseorang mampu berkonsentrasi.
Gelombang SMR : Adalah subkategori dari gelombang beta. Ini adalah gelombang yang muncul pada korteks sensorimotor jika seseorang fokus pada tantangan fisik.
Gelombang alfa : Gelombang ini lebih lambat dari gelombang beta yang bekerja untuk relaksasi.
Gelombang teta : Gelombang ini lebih lambat lagi dari gelombang alfa. Ini adalah gelombang otak saat bermimpi atau tertidur.
Gelombang delta : Ini adalah gelombang otak yang paling lambat yang muncul saat tidur yang dalam.
Seseorang dengan ADHD/ADD cenderung memiliki gelombang lambat yang berlebihan (biasanya gelombang teta dan alfa). Jika peningkatan gelombang lambat ini terjadi di bagian eksekutif, yaitu bagian frontal otak (otak sebelah depan), maka akan sulit untuk mengontrol konsentrasi, perilaku, dan emosi.
Saat seorang anak normal diberi tugas yang membutuhkan konsentrasi, jumlah gelombang beta di beberapa bagian otaknya meningkat. Hal ini tidak terjadi pada anak dengan ADHD. Yang terjadi bukannya peningkatan gelombang beta, tetapi peningkatan gelombang teta. Sehingga anak dengan ADHD memiliki rasio gelombang teta/beta yang tinggi. Jadi di saat anak normal berkonsentrasi lebih keras saat menyelesaikan tugas, pikiran anak dengan ADHD dapat melayang ke hal-hal lainnya.
Terapi neurofeedback dapat melatih anak dengan ADHD untuk menurunkan rasio gelombang teta/betanya. Semakin rendah rasio teta/beta, semakin baik anak dapat berkonsentrasi. Sebuah elektroda diletakkan di puncak kepala dan sepasang elektroda diletakkan di daun telinga atau di tulang mastoid di belakang telinga. Melalui ketiga elektroda ini, aktivitas listrik otak direkam dan ditampilkan di layar komputer.
Apakah terapi neurofeedback ini efektif?
Selama terapi, anak diajarkan secara bertahap untuk mengurangi produksi gelombang teta dan meningkatkan produksi gelombang beta. Rasio gelombang teta/beta menjadi normal sehingga gejala dan perilaku ADHD akan banyak berkurang atau bahkan menghilang. Seiring meningkatnya kemampuan konsentrasi, terapi ini juga akan meningkatkan kognitif mereka. Peningkatan ini bersifat permanen. Penelitian lanjutan mengenai hal ini telah dilakukan sejak tahun 1970an. Terdapat beberapa penelitian yang membuktikan efektivitasnya. Tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa neurofeedback sama sekali tidak memberikan manfaat. Penelitian Levesque dan kolega pada tahun 2006 menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan memperlihatkan adanya perubahan positif pada fungsi otak anak dengan ADHD setelah terapi neurofeedback. Terapi neurofeedback untuk ADHD mengurangi gejala impulsivitas dan hiperaktivitas, menstabilkan mood, memperbaiki siklus tidur, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan daya ingat dan performa akademik. Yang menarik, juga terjadi peningkatan IQ setelah terapi neurofeedback ini. Rata-rata peningkatan nilai IQ ini bervariasi dari tiap penelitian. Ada yang menyebutkan peningkatan 9 poin hingga 23 poin dari nilai IQ. Hal ini membuat neurofeedback menjadi terapi yang signifikan bagi ADHD. Belum ada penelitian pada terapi lain yang membuat perubahan permanen seperti ini.
Neurofeedback juga terbukti efektif dalam menangani berbagai macam epilepsi, termasuk grand mal, kompleks parsial, dan petit mal. Neurofeedback menurunkan 70% kejadian kejang, bahkan hingga 82% pada pasien yang mengkonsumsi obat teratur.
Pada orang dengan kecanduan alkohol dan narkoba, terjadi penurunan gelombang alfa dan teta serta peningkatan berlebih pada gelombang beta. Hal ini membuat mereka sulit untuk rileks. Latihan neurofeedback mengurangi stres pada pecandu melalui meningkatnya gelombang alfa dan teta, serta menurunnya gelombang beta.
Neurofeedback juga bermanfaat mengurangi gejala pada Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Sebuah penelitian pada korban PTSD di Vietnam membuktikan bahwa neurofeedback mengurangi kekambuhan pada pasien yang mendapatkan terapi neurofeedback dan medikasi dibandingkan pada pasien yang hanya mendapat medikasi saja.
Tidak hanya pada orang dengan gangguan psikiatri, neurofeedback juga bermanfaat bagi orang normal tanpa gejala, misalnya digunakan untuk meningkatkan performa kerja, daya ingat, dan kognitif pada pebisnis, musisi, dan atlet.
Berapa sesi terapi yang dibutuhkan?
Latihan neurofeedback untuk gangguan cemas atau insomnia membutuhkan 15-20 kali sesi, sedangkan untuk ADHD/ADD atau gangguan belajar membutuhkan 40-50 kali sesi terapi. Tiap sesi umumnya berlangsung selama 40-60 menit. Pada kondisi pasien dengan kondisi yang kompleks, dokter tidak selalu dapat memperkirakan berapa sesi yang dibutuhkan untuk memberikan hasil bagi pasien.
Bagaimana memilih terapis yang profesional?
Ada beberapa orang tua yang berharap dapat membeli alat ini lalu kemudian mengaplikasikannya sendiri ke anak mereka. Juga ada beberapa pihak yang menyewakan alat neurofeedback ini di rumah mereka. Kenyataannya tidak sesederhana itu. Dibutuhkan operator yang mengerti fungsi otak, dapat mengenali gejala setiap pasien, dan mengadakan penilaian serta evaluasi terhadap terapi. Terapi pada setiap pasien tidaklah sama. Maka sebelum terapi perlu dilakukan penilaian oleh klinisi mengenai riwayat klinis pasien. Jika perlu maka dilakukan pemeriksaan psikologi atau neuropsikologi terlebih dahulu. Pada beberapa kasus diperlukan pemeriksaan yang lebih komprehensif, yaitu quantitative electroencephalogram (QEEG) brain map yang merupakan alat untuk mengevaluasi pola gelombang otak. QEEG dapat mengevaluasi kondisi seperti cedera otak ringan, ADHD/ADD, gangguan belajar, depresi, gangguan obsesif kompulsif, gangguan cemas, gangguan panik, dan kondisi lain seperti autisme, skizofrenia, stroke, epilepsi, dan demensia.
Apa efek samping terapi neurofeedback?
Efek samping ringan dapat muncul selama terapi neurofeedback, yaitu lelah, cemas, sakit kepala, gelisah, dan anak menjadi rewel. Tidak ada efek samping yang berbahaya. Jika efek samping ini muncul, terapis dapat mengubah jenis latihan sehingga mengeliminasi efek samping tersebut. Maka dari itu dibutuhkan terapis yang dapat mengenali gejala pada setiap pasien.
Neurofeedback membutuhkan motivasi pasien untuk mengikuti terapi sampai selesai. Terapi ini baru dapat diterapkan pada anak usia 6 tahun ke atas karena anak yang lebih kecil belum bisa mengikuti instruksi terapis. Terapi neurofeedback ini bukanlah cara untuk menyembuhkan anak dengan ADHD, terapi ini hanya salah satu cara untuk mengurangi gejala dan memperbaiki perilaku mereka. Berkonsultasilah dengan psikiater Anda untuk menentukan terapi yang terbaik bagi anak Anda.
Selasa, 01 November 2011
Langganan:
Postingan (Atom)