Rabu, 07 Mei 2014

Bangga Dipercaya Teman Sejawat



Dalam dunia kedokteran kami mengangkat sumpah bahwa sesama dokter akan memperlakukan sejawatnya sebagai saudara kandung walaupun untuk urusan saudara kandung ini kami masih boleh menikah sesama 'saudara kandung' ya dan tidak dianggap incest hehehe.

Nah kalau kita menganggap teman sejawat dokter ini bagaikan saudara maka kita akan memperlakukan mereka bagaikan saudara kita sendiri sehingga otomatis salah satu dampaknya diantara sesama dokter tidak perlu membayar untuk jasa saling konsultasi.

Pengalaman saya dioperasi oleh teman sejawat (yang sering kami singkat sebagai TS), sebenarnya membuat saya sangat merasa berhutang budi kepada TS yang ahli bedah tulang (orthopedi) ini. Bayangkan saja, saya dioperasi selama 9 jam dan setelah susah payah dan kelaparan karena dokter yang mengoperasi saya tak sempat makan siang eh malah saya dibebaskan dari biaya operasinya yang gak seberapa bagi orang kaya yang belinya mobil mewah atau gadget ter-anyar! Mungkin memang karena sudah gitu aturannya sehingga yang paling bisa saya lakukan adalah memberikan TS itu kenang-kenangan dari saya. Tentunya harga kenang-kenangan itu tidak sepadan dengan usaha yang telah dilakukan beliau sehingga saya bisa kembali berjalan dengan tidak menggunakan tongkat dan tidak terasa nyeri lagi. Apa yang dapat saya lakukan adalah 'pay it forward' yaitu membayar kebaikan tersebut bukan kepada TS yang telah menyelamatkan kualitas hidup saya melainkan kepada TS lain yang memerlukan keahlian saya.

Nah dari pemikiran dan perenungan itulah saya tergerak untuk menulis sedikit malam ini. Semakin lama pasien saya yang berprofesi sebagai dokter alias TS semakin banyak dan memang sejak awal saya berkomitmen untuk tidak menarik jasa konsultasi pada TS saya. Sebagai psikiater yang mana kalau konsultasi bisa menghabiskan waktu sampai 1 jam tiap sesi tentunya capek dan "rugi" waktu bila semakin lama semakin banyak pasien yang berprofesi dokter toh?

Eitsss lupa dijelaskan bahwa kebanyakan TS sy yang konsultasi ini tidak konsultasi karena gangguan jiwa berat tetapi masalah relational dan masalah anak yang kesulian belajar atau gangguan konsentrasi. Ada sih 1 atau 2 TS yang mengalami gangguan jiwa berat seperti skizofrenia tetapi sudah remisi hampir sempurna dan bisa berfungsi kembali walaupun bukan sebagai klinisi.

Nah sebelum mengalami pengalaman harus dioperasi dan harus 'pay it forward' kepada TS saya, saya sudah mulai merasakan perasaan bangga daripada merasa dirugikan waktu saya untuk melayani konsultasi bagi TS saya. Kenapa bangga? Ya jelas toh bangga karena artinya saya dipercaya dan dianggap cukup pandai oleh teman sejawat saya dengan profesi dari beragam spesialisasi kedokteran. Bahkan ada yang anaknya Profesor, yang nota bene adalah guru-guru saya sendiri? Bayangkan, guru saya mempercayakan anaknya, cucunya ditangani oleh saya? Apakah tidak membanggakan?

Nah jadi timbul pemikiran juga andaikan saja tidak ada kerahasiaan yang harus dipegang teguh pada dunia kedokteran mungkin sudah saya ajak foto-foto pasien saya yang masih TS tersebut lalu saya pajang di dinding ruang praktek saya dengan diberikan nama, anak profesor anu dan cucu profesor anu, anak konsulen dokter ahli x, kepala bagian Spesialis Y dari Universitas ternama di kota Z dll dll wuahhh bangganya hehehe apalagi kalau boleh difoto seperti di ruang dokter gigi ahli meratakan gigi, foto sebelum dan sesudah, sebelumnya wajah galau dan sesudah terapi dengan saya wajah penuh senyum bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar